Puisidoa karya chairil anwar menjadi salah satu karya sastra yang populer di tanah air. Pada puisi tersebut terdapat beberapa diksi seperti "penuh seluruh" memang dua kata tersebut mempunyai makna yang sama namun penulis. Makna Dan Larik Puisi Doa » 2021 Ramadhan Analisis puisi doa berdasarkan struktur fisik (lahir) dan struktur batinnya para pelajar di Keyword: Metafora, Bentuk, Makna, dan Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Abstrak Puisi lama karya Chairil Anwar sangat kaya akan kiasan-kiasan tajam dan menikam. Diantara gaya khasnya dalam berpuisi adalah menggunakan warna-warna kuning, hijau, lembayung, dan sebagainya yang merupakan representasi dari sikap hidup, gagasan serta perbuatan yang selalu muncul dalam sajak-sajaknya. 2 Mendeskripsikan makna metafora dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar. 1.5Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoritisnya diharapkan dapat memberikan sumbangan wawasan bagi pembangun referensi sastra. DeruCampur Debu pertama diterbitkan di tahun kematian Chairil Anwar pada tahun 1949. Kemudian puisi-puisi ini diterbitkan kembali dan dilengkapi dengan ilustrasi oleh Oesman Effendi tahun 1958. Kulit di sebelah merupakan edisi 1958 Chairil Anwar Kawanku dan Aku Sudah larut sekali. Hilang tenggelam segala makna. Dan gerak tak punya arti. PENGGUNAANBAHASA FIGURATIF DALAM KUMPULAN PUISI DERU CAMPUR DEBU KARYA CHAIRIL ANWAR Ernie Sutriana, Sesilia Seli, Henny Sanulita Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak e-mail : erniesutriana@yaho Allegori tidak terdapat dalam kumpulan puisi DCD. 2) Makna bahasa figuratif terdiri dari ikon, indeks, dan simbol. 3 Adatiga hal pokok yang terdapat pada kumpulan puisi Deru Campur debu karya Chairil anwar yaitu tentang cinta kepada tuhan, cinta kepada sesame dan cinta erotis, karena dalam kumpulan puisi tersebut menceritakan tentang seseorang yang sangat mencintai tuhan, sahabat dan kekasihnya. cTTkka7. ï»żKAJIAN HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TERHADAP KUMPULAN PUISI DERU CAMPUR DEBU KARYA CHAIRIL ANWAR Andina Muchti Universitas Bina Darma, Jl. Ahmad Yani No. 12 Plaju Palembang E-mail [email protected] Abstract All of the literature studies are related to the activity of interpretation. One of literature types that can be interpreted is poetry. To interpret a poem can involve the role of heuristics and hermeneutics concept. This study used several poems contained in the book of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar. The problems of this study, namely 1 How do heuristic and hermeneutic reading on the poem of Chairil Anwar, and 2 What are the meaning of language and literature contained in the poem of Chairil Anwar. Heuristic and hermeneutic readings are the method to analyze literary works by using semiotic approach. Semiotics is a term that refers to the same thing that is the sign science. The relationship between signifier and signified included, icons, indices, and symbols. The results of this study are as follows 1. In the sixth poems of Chairil Anwar always brings the themes of freedom, rebellion and adventure that are the expression of Chairil's characteristic himself. 2. The unpleasant experience of dating with Hayati made him upset and dreaming of a lover who was very different from Hayati. therefore, Chairil express it with harsh words to describe the regret. Keywords heuristic, hermeneutic, Deru Campur Debu 1. PENDAHULUAN massa, majalah dan surat kabar yang sangat Karya sastra merupakan refleksi dari dekat dan akrab dengan masyarakat. berbagai fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Keberadaannya merupakan Waluyo 197828 mengatakan, karya sastra puisi mempunyai struktur yang suatu hal yang penting dan sudah menjadi berbeda dengan keseharian dalam masyarakat, baik itu Penciptaannya menggunakan prinsip-prinsip sebagai kebutuhan maupun hanya sekadar tertentu, seperti prinsip pemadatan atau hiburan. Terdapat berbagai bentuk karya pengonsentrasian bentuk dan makna. Untuk sastra, mulai dari prosa, drama, dan puisi. itu, Aminuddin 2002110 berpendapat, Puisi termasuk salah satu jenis karya sastra dalam yang tidak hanya ditempatkan secara khusus terutama puisi, kesulitan yang biasa muncul tetapi dapat pula dijumpai dalam media adalah dalam upaya memahami maknanya. upaya bentuk memahami teks prosa. sastra, Semua kajian sastra dengan suatu aktivitas, berkaitan yaitu aktivitas Berhasil penafsir atau tidaknya seorang mencapai taraf interpretasi yang interpretasi penafsiran. Kegiatan apresiasi optimal, sangat bergantung pada kecermatan sastra pada awal dan akhirnya, bersangkutan dan ketajaman interpreter itu sendiri. Selain dengan itu, dibutuhkan metode pemahaman yang karya diinterpreatasi sastra dan yang harus dimaknai. Semua memadai; metode pemahaman yang kegiatan kajian sastra, terutama dalam mendukung merupakan satu syarat yang prosesnya pasti melibatkan peranan konsep harus dimiliki interpreter. Dari beberapa heuristik dan hermeneutik. Oleh karena itu, alternatif yang ditawarkan para ahli sastra heuristik dan hermeneutik menjadi hal yang dalam memahami karya sastra, metode tidak mungkin diabaikan. pemahaman heuristik dan hermeneutik dapat Pradopo 2005124-129 menyatakan salah satu konvensi ketidaklangsungan sastra ekspresi tentang menurut dipandang sebagai metode yang paling memadai. Dalam analisis puisi menggunakan Riffaterre yang dijabarkan dengan metode pembacaan pembacaan hermeneutik. penelitian ini menggunakan beberapa puisi Pembacaan heuristik adalah pembacaan yang terdapat dalam buku kumpulan puisi puisi berdasar pada konvensi bahasanya, Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar. heuristik dan heuristik dan hermeneutik, sedangkan pembacaan hermeneutik adalah Sajak-sajak karya Chairil Anwar pembacaan puisi berdasar pada konvensi dipilih sebagai objek pembacaan heuristik sastranya. dan hermeneutik karena sajak-sajaknya perlu Dalam hubungannya, tahap pertama merupakan ekspresi diri dan mencerminkan disadari kehidupan penulisnyaa. bahwa interpretasi dan pemaknaan tidak diarahkan pada suatu Berdasarkan latar belakang yang proses yang hanya sampai pada permukaan telah dikemukakan di atas, permasalahan karya sastra, tetapi juga yang mampu penelitian ini dapat dirumuskan sebagai "sampai berikut. di kedalaman makna" yang 1 Bagaimanakah pembacaan terkandung di dalamnya. Untuk itu, seorang heuristik dan hermeneutik pada puisi karya penafsir memiliki Chairil Anwar, dan 2 Apa saja makna wawasan bahasa, sastra, dan budaya yang bahasa dan makna sastra yang terkandung cukup luas dan mendalam. dalam puisi karya Chairil Anwar. seyogiannya harus Teeuw 199759 mengemukakan definisi tentang sastra, yaitu suatu karya penanda signifier/signifiant dan petanda signified/signifiĂ©. yang menghendaki kreativitas. Karya sastra Pradopo 1993121 juga dimaksud dengan itu karya yang bersifat imajinatif, yaitu menjelaskan, bahwa karya sastra itu terjadi akibat penanda penganganan dan hasil penganganan itu merupakan bentuk tanda sedangkan petanda adalah penemuan-penemuan baru, kemudian adalah yang ditandai, yang merupakan arti penemuan baru itu disusun ke dalam suatu tanda. Hal itu dapat dicontohkan sebagai sistem dengan kekuatan imajinasi hingga berikut satuan bunyi ibu’ merupakan tanda terciptalah yang menandai arti orang yang melahirkan suatu dunia baru yang adalah yang menandai, yang kita’. Jadi, satuan bunyi ibu’ adalah sebelumnya belum ada. Puisi yang merupakan sebuah bentuk penanda sedangkan arti dari satuan bunyi karya sastra yang paling tua. Seorang ibu’, yaitu orang yang melahirkan kita penyair telah mengonsentrasikan segala adalah petanda. kekuatan bahasa dan gagasannya untuk menghasilkan sebuah puisi Waluyo 19873. Hubungan petanda ada antara tiga penanda macam, dan yaitu a. Ikonmerupakan tanda yang menunjukkan Pembacaan heuristik dan adanya hubungan yang bersifat alamiah hermeneutik merupakan salah satu metode antara petanda dan penandanya. Hubungan untuk menganalisis karya sastra dalam itu adalah hubungan persamaan, misalnya pendekatan semiotik. gambar kuda sebagai penanda yang Semiotik, semiotika dan semiologi menandai kuda petanda sebagai artinya; adalah satu istilah yang merujuk pada satu potret menandai sesuatu atau seseorang yang hal yang sama, yaitu ilmu mengenai tanda. dipotret; gambar pohon menandai pohon, b. Pradopo lndeks, yaitu tanda yang menunjukkan 2005119 menyatakan, yang dimaksud dengan tanda adalah fenomena hubungan sosial/masyarakat dan kebudayaan. penanda dan petandanya, misalnya asap Berbicara mengenai tanda bahasa, Saussure dalam Pradopo 2005119 menandai kausal api; sebab-akibat alat penanda antara angin menunjukkan arah angin dan sebagainya,c. menyebutkan ada dua aspek penting yang Simbol, yaitutanda yang menunjukkan menjadi bagian dari tanda bahasa itu, yaitu bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungannya dalam pengertian yang sesungguhnya dari bersifat arbritrer semaumaunya. Arti itu maksud ditentukan menghasilkan pemahaman makna secara oleh konvensi Pradopo 2005120. bahasa. Kerja heuristik harfiah, makna tersurat, actual meaning Untuk dapat memberikan makna Nurgiyantoro, 2007 33. puisi secara semiotik, pertama kali dapat Hermeneutik adalah proses dilakukan dengan pembacaan heuristik dan penguraian yang berangkat dari isi dan Hermeneutik. makna Heuristik merupakan langkah untuk menemukan makna melalui yang terlihat tersembunyi. Objek ke arah makna interpretasi dalam pengkajian pengertian yang luas, dapat berupa simbol struktur bahasa dengan mengintrepetasikan dalam mimpi atau bahkan mitos-mitos dari teks sastra secara referensial lewat tanda- simbol tanda linguistik. Langkah ini berasumsi Palmer 200348. dalam masyarakat atau sastra bahwa bahasa bersifat referensial, artinya Riffaterre dalam Pradopo 200597 bahasa harus dihubungkan dengan hal-hal mengemukakan bahwa dalam pembacaan nyata. hermeneutik, Pembacaan heuristik adalah sajak dibaca berdasarkan konvensi-konvensi sastra menurut sistem pembacaan berdasarkan struktur bahasanya. semiotik. Untuk memperjelas arti, bila perlu, pembaca memberikan memberi sisipan kata atau sinonim kata yang konvensi diletakkan dalam tanda kurung. Begitu juga, deskripsi puisi yang disebabkan oleh struktur kalimatnya disesuaikan dengan penggantian arti, penyimpangan arti, dan kalimat baku berdasarkan tata bahasa penciptaan arti. normatif; a. atau bila perlu susunan Konvensi makna makna itu yang di antaranya ketidaklangsungan ucapan Penggantian arti dalam karya sastra kalimatnya dibalik untuk memperjelas arti disebabkan oleh bahasa kiasan, antara Pradopo 2005136. lain Menurut Riffaterre dalam Wellek metafora, perbandingan, dan Warren, 1989 148 analisis secara sinekdoki, heuristik adalah analisis pemberian makna alegori. berdasarkan struktur konvensional, artinya bahasa bahasa secara dianalisis metonimi, b. simile personifikasi, perbandingan epos dan Riffaterre dalam Pradopo 2005125 mengemukakan, penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal, yaitu 2. METODOLOGI PENELITIAN ambiguitas, kontradiksi dan nonsense. c. Penciptaan Arti Riffaterre mengatakan Metode penelitian ini membahas terjadi penciptaan arti bila ruang teks mengenai pendekatan penelitian, data dan spasi teks berlaku sebagai prinsip sumber data, teknik penyediaan data serta pengorganisasian teknik analisis data. untuk membuat hal-hal Pendekatan yang dilakukan dalam sesungguhnya penelitian ini adalah pendekatan deskriptif secara linguistik tidak ada artinya, kualitatif dan pendekatan semiotik. Subroto misalnya simitri keseimbangan berupa 199270 mengutarakan bahwa penelitian kesejajaran arti antara baris-baris dalam kualitatif itu bersifat deskriptif. Peneliti bait, rima pengulangan bunyi dalam mencatat dengan teliti dan cermat data yang puisi untuk membentuk musikalitas berwujud kata-kata, kalimat dan wacana. atau orkestrasi Waluyo 198790 Pendekatan semiotik adalah pendekatan tanda-tanda keluar ketatabahasaan dari yang Palmer 2003 14-16 menyebutkan penelitian yang menggunakan metode- bahwa akar kata hermeneutik berasal dari metode semiotik, dalam hal ini adalah istilah Yunani dari kata kerja hermeneuein, pembacaan heuristik dan hermeneutik. yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, “interpretasi”. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan puisi Deru Hermeneutik merupakan pembacaan Campur Debu karya Chairil Anwar. bolak-balik melalui teks dari awal hingga akhir. Tahap pembacaan ini merupakan Penerapan Heuristik dan Hermeneutik interpretasi Heuristik retroaktif yang melibatkan banyak kode di Dalam menerapkan luar bahasa dan menggabungkannya secara menghiraukan integratif dapat kesempurnaan teks atau kondisi gramatikal. guna Sehingga membongkar tahap kedua sampai secara yang bersifat pembaca struktural Heuristik kelengkapan apresiator dapat tidak atau menambah mengungkapkan makna singificance dalam ataupun mengurangi bentuk gramatikal yang sistem tertinggi, yakni makna keseluruhan ada teks sebagai sistem tanda. terkandung dalam teks karya sastra itu guna sendiri. menemukan makna yang sebagai berikut si aku memberi harapan kepada Hermeneutik Langkah-langkah penerapan Hermeneutik gadis si aku bila ingin kembali boleh saja. Si aku adalah dengan mengkaji makna melalui menerima sepenuh hati bila gadis itu mau pembacaan yang berulang-ulang dengan kembali lagi pada kehidupan si aku. Si aku tidak meramalkan makna yang terkandung secara tersirat pada karya sastra itu sendiri dengan menggunakan segenap pengetahuan yang dimiliki. mencari gadis lain sebagai pendamping hidupnya karena masih menunggu kepulangan kekasihnya. Si aku masih sendiri tidak akan mencari yang lain dan tetap menunggu walaupun sudah mengetahui bahwa gadis yang dicintainya sudah 3. HASIL Hasil tidak perawan lagi atau sudah selingkuh dengan Analisis pada Puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar PENERIMAAN laki-laki lain. Itu digambarkan dengan kalimat” Kutahu kau bukan yang dulu lagi bak kembang sari sudah terbagi”. ini menggunakan metafora- Kalau kau mau kuterima kau kembali metafora yang sangat indah dangan Dengan sepenuh hati menggambarkan perempuan yang tidak perawan Aku masih tetap sendiri dengan kembang sari sudah terbagi. Si aku memberi harapan kepada gadis si Kutahu kau bukan yang dulu lagi aku bila ingin kembali tidak usah malu dan Bak kembang sari sudah terbagi harus mau menemui si aku. Tidak usah takut untuk menemui si aku. Si aku pun tetap Jangan tunduk! Tentang aku dengan menerima apapun yang sudah terjadi dan berani menerima dengan mutak jangan mendua lagi, bahkan bercermin pun si aku enggan berbagi. Kalau kau mau kuterima kembali Digambarkan dalam bait ke-5 yan berbunyi Untukku sendiri tapi “Sedangkan dengan cermin aku enggan berbagi”. Dalam kalimat ini menggunakan Sedang dengan cermin aku enggan citraan penglihatan berbagi. Deru Campur Debu,195936 Hasil Analisis pada Puisi ”Sajak Putih” Karya Chairil Anwar Dalam sajak”Penerimaan” karya Chairil Anwar merupakan ungkapan perasaan yang dirasakan oleh penyair. Puisi itu dapat dianalisis SAJAK PUTIH menggambarkan sesuatu yang indah dan Bersandar pada tari warna pelangi menarik . biasanya mawar itu berwarna Kau depanku bertudung sutra senja merah yang menggambarka cinta dan melati Di hitam matamu kembang mawar dan putih menggambarkan kesucian. Jadi dalam melati mata si gadis tampak cinta yang tulus, Harum rambutmu mengalun bergelut menarik, dan mengikat. Suasana pada saat senda itu bsangat menyenangkan, menarik,m penuh keindahan yang memduat si aku haru Sepi menyanyi, malam dalam mendoa dengan semua itu. tiba Dalam pertemuan ke dua insan itu Meriak muka air kolam jiwa sepi menyanyi, malam dalam doa tiba yang Dan dalam dadaku memerdu lagu menggambarka tidak ada percakapan dari Menarik menari seluruh aku keduanya. Mereka hanya dian tanpa ada sepatah kata yang diucapkan seperti hanya Hidup dari hidupku, pintu terbuka ketika waktu berdoa. Hanya kata hati yang Selama matamu bagiku menengadah berkata dan tidak keluar suara. Kesepian itu Selama kau darah mengalir dari luka mengakibatkan jiwa si aku bergerak seperti Antara kita Mati datang tidak hanya permukaan kolam yang terisa air yang membelah... beriak tertiup angin. Dalam keadaan diam Dalam puisi sajak putih dgamberkan tanpa kata itu, didalam dada si aku gdis ai aku pada suatu senja hari yang indah terdengar lagu ia duduk dihadapan si aku. Ia besandar yang yang merdu yang menggambarkan kegembiraan. Rasa pada saat itu ada warna pelangi yaitu langit kegembiraan digambarkan dengan senja yang indah penuh dengan macam- menari seluruh aku. itu macam warna. Gadis itu bertudun g sutra Hidup dari hidupku, pintu terbuka diwaktu haru sudah senja. Sedangkan menggambarkan bahwa si aku merasa rambut gadis itu yang harum ditiup angin hidupnya penuh dengan kemungkinan dan tampak seperti sedang bersenda gurau, dan ada jalan keluar serta masih ada harapan yna dalam mata gadis yang hitam kelihatan pasti bunga mawar dan melati yang mekar. kekasihnya masih menengadahkan mukanya Mawar ke si aku. Ini merupakan kiasan bahwa si dan melati yang mekar bisa diwujudkan selam gadis gadis masih mencintai s aku, mau Antara kita Mati datang tidak memandang kemuka si aku, bahkan juga membelah
.. isyarat untuk mencium dario si aku. Bila diucapkan secara normatif, maka Keduanya masih bermesraan dan saling ekspresifitasnya hilang karena tidak padat mencintai. dan tidak berirama. “Pintu akan selalu Begitu juga hidup si aku penuh terbuka bagi hidup dan hidupku. Selama harapan selama si gadis masih hidup wajar, matamu menengadah bagiku. Selama darah dikiaskan dengan darahnya yang masih masih mengalir jika engkau terluka. Antara mengalir dan luka, sampai kematioan tiba kita sampai kematian datang kita tidak pun keduanya masih mencintai, dan tidak membelahberpisah. akan terpisahkan. Sajak merupakan kiasan pengertian abstrak dapat menjadi kongret suara hati si penyair, suara hati si aku. Putih karena digunakan citraan-citraan dan gerak mengiaskan yang digabung dengan metafora. ketulusa kejujuran, dsan keihklasan. Jadi sajak putih berarti suara hati si aku yang sangat tulus dan jujur. Rasa Dalam sayangnya sajak itu ini juga digambarkan dalam puisi Chairil Anwar untuk yang berjudul “Penerimaan”. Dalam puisi kegembiraan dan kebahagiaan di dalam itu digambarkan bahwa si aku masih bisa sajak ini adalah kata tari, warna pelangi, menerima si gadis yang telah berselingkuh sutra senja, memerdu l;agu, menari-neri, dengan orang lain. Si aku menerima dengan pintu terbuka. Jadi, sajak ini bersuasana rasa penuh keihklasan dari si gadis yang gembira. Namun biasanya sajak Chairil telah mau kembali kepelukannya. Terlalu Anwar bersuasana murung, suram dan sedih. sayangnya si aku, si aku menerima dengan Puisi tidak hanya menyampaikan informasi lapang saja, namun diperlukan kepadatan dan diperbuat oleh si gadis dengan orang lain. Tanda-tanda semiotik ekspresifitas, karena hanya inti pernyataan dada tentang apa yang telah Dalam puisi “Sajak Putih” banyak “Tari digunakan sajak warna pelangi” merupakan bahasa kiasan penyimpangan dari tata bahasa normatif seperti bahasa-bahasi kiasan. yang dikemukakan. Karena hal ini, maka personifikasi yang menggambarkan benda Hidup dari hidupku, pintu terbuka mati dapat digambarkan seolah-olah hidup. “ Selama matamu bagiku menengadah rambutmu mengalun bergelut sernda” juga Selama kau darah mengalir dari luka menggunakan bahasa kiasan personifikasi. Selain itu ada kesamaan dalam penggunaan selamat jalan citraan-citraan agar mempunyai makna yang dari pantai keempat, sedu kongret, penghabisan bisa terdekap serta menggunakan metafora- Dalam puisi ”Senja di Pelabuhan Kecil” metafora. diatas, Hasil Analisis Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Karya Chairil Anwar terasa bahwa penyair sedang dicengkeram perasaan sedih yang teramat dalam. Tetapi seperti pada puisi-puisi Chairil Anwar yang lain, kesedihan yang diungkapkan SENJA DI PELABUHAN KECIL tidak memberikan kesan cengeng atau sentimental. Dalam kesedihan yang amat dalam, penyair ini tetap tegar. Demikian pula pada Ini kali tidak ada yang mencari cinta puisinya diatas. Di dalamnya tak satu pun kata di antara gudang, rumah tua, pada ”sedih” diucapkannya, tetapi ia mampu berucap cerita tentang kesedihan yang dirasakannya. Pembaca tiang serta temali. Kapal, perahu dibawanya untuk turut erta melihat tepi laut tiada berlaut dengan gudang-gudang dan rumah-rumah yang menghembus diri dalam telah tua. Kapal dan perahu yang tertambat mempercaya mau berpaut disana. Hari menjelang malam disertai gerimis. Kelepak burung elang terdengar jauh. Gambaran Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang tentang pantai ini sudah bercerita tentang suatu yang muram, di sana seseorang berjalan seorang diri tanpa harapan, tanpa cinta, berjalan menyusur semenanjung. Satu ciri khas puisi-puisi Chairil Anwar menemu bujuk pangkal akanan. adalah kekuatan yang ada pada pilihan kata- Tidak bergerak katanya. Seperti juga pada puisi diatas, setiap dan kini tanah dan air tidur hilang kata mampu menimbulkan imajinasi yang kuat, ombak. dan membangkitkan kesan yang berbeda-beda bagi penikmatnya. Pada puisi diatas sang Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian penyair berhasil menghidupkan suasana, dengan gambaran yang hidup, ini disebabkan bahasa yang dipakainya mengandung suatu kekuatan, tenaga, sehingga memancarakan rasa haru yang dalam. Inilah kehebatan Chairil Anwar, dengan kata-kata yang biasa mampu menghidupkan itu gerimas yang menambah rasa kesedihan dari imajinasi kita. Judul puisi tersebut, telah si aku. membawa kita pada suatu situasi yang khusus. Kata senja berkonotasi pada suasana yang remang pada pergantian petang dan malam, Hasil Analisis Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Karya Chairil Anwar tanpa hiruk pikuk orang bekerja. Pada bagian lain, gerimis mempercepat CINTAKU JAUH DI PULAU kelam, kata kelam sengaja dipilihnya, karena terasa lebih indah kata gelap walaupun dan sama dalam daripada artinya. Setelah kalimat itu ditulisnya, ada juga kelepak elang Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri menyinggung muram, yang berbicara tentang kemuraman sang penyair saat itu. Untuk Perahu melancar, bulan memancar, mengungkapkan bahwa hari-hari telah berlalu di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. dan angin membantu, laut terang, tapi terasa berganti dengan masa mendatang, diucapkan dengan kata-kata penuh daya desir aku tidak 'kan sampai padanya. hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Penggambaran malam yang semakin gelap dan air laut yang tenang, disajikan dengan kata-kata yang sarat akan makna, yakni dan kini tanah dan air hilang ombak. Puisi Chairil Anwar ini hebat dalam pilihan kata, disertai Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertahta, sambil berkata "Tujukan perahu ke pangkuanku saja," ritme yang aps dan permainan bunyi yang semakin menunjang keindahan puisi ini, yang Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! dapat kita rasakan pada bunyi-bunyi akhir yang Perahu yang bersama 'kan merapuh! ada pada tiap larik. Mengapa Ajal memanggil dulu Di dalam puisi ini juga digambarkan Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! rasa cinta namun dalam bentuk kesedihan yang mendalam yang dialami oleh si aku namun si Manisku jauh di pulau, aku tetap tegar menghadapinya. Si aku dalam kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri. keadaan muram , penuh kegelisahan, dan tidak sempurna dengan kehidupannya. Si aku sedang mancari cintanya yang hilang. Suasana pada saat Dalam kegiatan menganalisis arti, kita berusaha memberi makna pada bunyi, suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, setelah ia meninggal, kekasihnya itupun bait, dan pada akhirnya makna seluruh puisi. akan mati juga dalam penantian yang sia-sia. Bait I “Cintaku jauh di pulau” Setelah kita menganalisis makna tiap bait, berarti. Kekasih tokoh aku gadis manis kita pun harus sampai pada makna lambang berada di suatu tempat yang jauh. “Gadis yang diemban oleh puisi tersebut. Kekasih manis sekarang iseng sendiri” artinya sang tokoh aku adalah kiasan dari cita-cita si aku kekasih tersebut adalah seorang gadis yang yang sukar dicapai. Untuk meraihnya si aku manis yang menghabiskan waktu sendirian harus iseng tanpa kehadiran tohoh aku. melambangkan mengarungi lautan perjuangan. yang Sayang, Pada bait II, si tokoh aku menempuh usahanya tidak berhasil karena kematian perjalanan jauh dengan perahu karena ingin telah menjemputnya sebelum ia meraih cita- menjumpai citanya. atau menemui kekasihnya. Ketika itu cuaca sangat bagus dan malam Dalam puisi tersebut terasa perasaan- ketika bulan bersinar, namun hati si aku perasaan si aku senang, gelisah, kecewa, merasa gundah karena rasanya ia tak akan dan putus asa. Kecuali itu ada unsur sampai pada kekasihnya. metafisis yang menyebabkan pembaca Bait III menceritakan perasaan si aku berkontemplasi. Dalam puisi di atas, unsur yang semakin sedih karena walaupun air metafisis tersebut berupa ketragisan hidup terang, pada manusia, yaitu meskipun segala usaha telah perasaannya ajal telah memanggilnya Ajal dilakukan disertai sarana yang cukup, bertahta sambil berkata “Tujukan perahu bahkan segalanya berjalan lancar, namun ke pangkuanku saja”. manusia seringkali tak dapat mencapai apa angin mendayu, tetapi Bait IV menunjukkan si aku putus yang diidam-idamkannya karena maut telah asa. Demi menjumpai kekasihnya ia telah menghadang bertahun-tahun berlayar, bahkan perahu demikian, yang membawanya akan rusak, namun menggairahkan akan sia-sia belaka. ternyata mengakhiri kematian hidupnya menghadang terlebih lebih cita-cita dahulu. yang Dengan hebat dan dan Dalam puisi ini juga menggunakan dahulu citraan-citraan. Hal itu terdapat dalam sebelum ia bertemu dengan kekasihnya. “Perahu melancar, bulan memancar,”. Bait V merupakan kekhawatiran si Citraan yang digunakan adalah citraan tokoh aku tentang kekasihnya, bahwa penglihatan karena perahu melancar dan bulan memancar hanya bisa dilihat. Jadi citraannya adalah citraan penglihatan. Citraan visual digunakan dalam “Ajal bertakhta, sambil berkata "Tujukan perahu ke pangkuanku saja," .... Mengapa Ajal memanggil dulu 
 Hasil Analisis Puisi “Kesempurnaan” Karya Chairil Anwar KUSANGKA Kusangka cempaka kembang setangakai Teryata melur telah diseri....... Hatiku remuk mengenangka ini Wasangka dan was-was silih berganti. Kuharap cempaka baharu kembang Belum tahu sinar matahari....... Rupanya teratai patah kelopak Dihinggapi kumbang berpuluh kali. Kupohonkan cempaka Harum mula terserak....... Melati yang ada Pandai tergeletak....... Mimpiku seroja terapung di paya Teratai putih awan angkasa...... Rupanya mawar mengandung lumpur Kaca piring bunga renungan...... Igauanku subuh, impianku malam Kuntum cempaka putih bersih...... Kulihat kumbang keliling berlagu Kelopakmu terbuka menerima cembu. Kusangka hauri bertudung lingkup Bulu mata menyangga panah Asmara Rupanya merpati jangan dipetik Kalau dipetik menguku segera Buah Rindu, 195919 Sajak Chairil Anwar merupakan penyimpangan terhadap konsep estetik Amir Hamzah yang masih meneruskan konsep estetik sastra lama. Pandangan romantik Amir Hamzah ditentang dengan pendangan realistiknya. Sajak “Kusangaka” mennjukkan kesejajaran gagasan yang digambarkan dalam enam sajak tersebut. Amir Hamzah menggunakan ekspresi romantik secara metaforis-alegoris, membandingkan gadis dengan bunga. Pada bait terakhir dimetamorkan sebagai bidadari hauri dan merpati. Dari keenam bait tersebut disimpulkan bahwa si aku mencintai gadis yang disangka murni, tetapi ternyata sesungguhnya sudah tidak murni lagi. Sudah dijamah oleh pemuda lain/ suda tidak perawan lagi Rupanya teratai patah kelopak/Dihinggapi kumbang berpuluh kali’. Kulihat kumbang keliling berlagu/kelopakmu terbuka menerima cembu’. Hal itu menimbulkan kekeewaan dan menyebabkan hati si aku remuk. Wasangka dan was-was silih bergantibait 1. Dengan demikian, si aku tidak mau bersama gadis yang sudahtidak murni lagi, sebab akan terkena kuku “merpati” itu bait 7. Gadis yang masih murni disangka murni diumpamakan cempaka kembangbait 1, baharu kembang belum terkena sinar mataharibait 2, cempaka harumbait 3, seroja terapung di paya putih seperti awanbait 4, dan seperti bidadari hauri bertudung lingkup yang bulu matanya menambah panah asmarabait 6. Gambaran tersebut bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya yang sangat menyakitkan basi si aku dan sangat kecewa setelah mengetahui kisah yang sebenarnya. Gambaran gadis tersebut sudah tidak murni lagi diumpamakan melur telah diseribait 1, teratai patah kelopak dihingapi kumbang berpuluh kalibait 2, merpati yang pandai bergelakbait 3, mawar yang mengandung lumpurbait 4, dan merpati yang mengaku segerabait 6. Jadi yang menanggapi masalah tersebut si aku merasa kecewa karena pikiran romantik bahwa gadis yang dicintainya itu harus masih murni dan tetap murni, setia pada si aku, tidak boleh menerima cinta orang lain, namun kenyataan berlainan. Tidak sesuai dengan keinginan si aku. Sikap romantik digambarkan dengan bahasa yang indah, mengambil objek dari alam sebagai perumpamaan, sehingga seperti natural. Sebaliknya Chairil Anwar, dalam sajaknya itu menampilkan tampak yang lain dalam mendiskripsikan atau menanggapi gadis yang sudah tidak murni lagi. Sangat berlawanan dengan apa yang ditampilkan oleh Amir Hamzah. Ia berpandangan realistik, si aku au menerima kembali wanitakekasihnya, istrinya yang barang kali telah berselingkuh dengan laki-laki lain. Si aku mau menerima kembali asal mau kembali kepada si aku tanpa da rasa curiga. Si aku masih sendiri, tidak mencari wanita lain sebagai pasangan hidupnya karena masih menunggu kembalinya wanita yang dicintainya itu. Si aku mengetahui bahwa gadis yang dicintainya sudah tidak murni lag, sudah seperti bunga yang sarinya terbagi, yaitu sudah dihinggapi kumbang lain. Wanita itu jika ingin mau diterima kembali harus berani bertemu dengan si aku dan jangan malu untuk menemui si aku. Digambarkan “Djangan tunduk! Tantang aku dengan berani”. Si aku pun tetap menerima dengan sepenuh hati walaupun wanita itu sudah tidak perawan lagi. Chairil Anwar membandingkan wanita dengan bungakembang. Wanita yang sudah tidak murni digambarkan sebagai bunga yang sarinya sudah terbag ibak kembang sari yang sudah terbagi. Ini hampir sama dengn perumpamaan yang dilakukan Amir Hamzah “Rupanya teratai patah kelopak/dihinggapi kumbang berpuluh kali dan kulihat kumbang keliling berlaga”. Sedangkan Chairil Anwar ”Kutau kau bukan yang dulu lagi/ bak kembang sari sudah terbagi”. Numun Chairil Anwar tetap menggunakan bahasa keseharian dalam pengungkapan dan menggunakan gaya eksresif yang padat. 4. KESIMPULAN Dalam memahami suatu karya sastra, kita bisa menggunakan metode pemahaman heuristik dan hermeneutik. Metode pemahaman heuristik merupakan langkah untuk menemukan pengkajian makna melalui bahasa dengan struktur mengintrepetasikan teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda linguistik, sehingga menghasilkan pemahaman makna secara harfiah. Sedangkan metode pemahaman interpretasi merupakan Anwar, dapat disimpulkan hal-hal sebagai yang bersifat berikut 1. Dalam keenam puisinya Chairil hermeneutik tahap kedua retroaktif yang melibatkan banyak kode di Anwar luar bahasa dan menggabungkannya secara kebebasan, pemberontakan dan petualangan integratif sampai membongkar secara pembaca dapat struktural guna mengungkapkan makna singificance dalam sistem tertinggi, yakni makna keseluruhan teks sebagai sistem tanda. selalu menghadirkan tema-tema yang merupakan ekspresi dari sifat-sifat Chairil itu sendiri. 2. Pengalaman masa pacaran dengan Hayati yang tidak menyenangkan karena Hayati pergi dan selingkuh dengan pria lain membuatnya marah dan memimpikan seorang Sehingga kekasih yang sangat berbeda dari hayati. pembaca dapat memhami karya sastra secara Sehingga Chairil mengekspresikannya dengan menyeluruh dan mendalam. kata-kata Dari hasil pembacaan heuristik dan kasar untuk menggambarkan kekesalannya itu. hermeneutik kumpulan Puisi karya Chairil DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. BandungSinar Baru Algensindo. Delatour, Y. dkk. 1991. Grammaire du Français. ParisHachette. Dubois, Jean dkk. 2001. Dictionnaire de Linguistique. ParisLarousse-Bordas. Husen, Ida Sundari. 2001. Mengenal Pengarang-Pengarang Prancis dari Abad ke Abad. JakartaGrasindo. Kardjo, Wing. 1975. Sajak-Sajak Modern Prancis dalam Dua Bahasa. JakartaPustaka Jaya. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Palmer, Richard E. 2003. Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi Diterjemahkan oleh Musnur Henry dan Damanhuri Muhammad. YogyakartaPustaka Pelajar Offset. Paz, Octavia. 2002. Puisi dan Esai Pradopo, Rachmat Djoko. 1976. Pengkajian Puisi. YogyakartaGadjah Mada University Press. ________ 1993. Prinsip Kritik Sastra. YogyakartaGadjah Mada University Press. _______ 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik dan Penerapannya. YogyakartaPustaka Pelajar. Subroto, Edi. 1992. Pengantor Metoda Peneltitan Linguistik Strukiural. SurakartaSebe1as Maret University Press. Sudjiman, Panuti & Aart Van Zoest. 1992. Serba-Serbi Semiotika. JakartaGramedia Pustaka Utama. Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. JakartaGramedia. Tirtawirya, Putu Arya. 1978. Aprestasi Puisi dan Prosa. JakaraNusa lndah. Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. SurakartaErlangga. Buku TerjemahanTerjemahanKerja penterjemahan secara eceran hampir tiada di arus perdana. Bilik Penyair berhasrat mempergiatkan bahagian ini meskipun secara kecil-kecilan. Esei Wawancara Terbitan Tentang Penafian Deru Campur Debu pertama diterbitkan di tahun kematian Chairil Anwar pada tahun 1949. Kemudian puisi-puisi ini diterbitkan kembali dan dilengkapi dengan ilustrasi oleh Oesman Effendi tahun di sebelah merupakan edisi 1958Kawanku dan AkuSudah larut sekali. Hilang tenggelam segala makna. Dan gerak tak punya Tubuh mengucur darah mengucur darahOrang BerduaMasih berdekapankah kami atau mengikut juga bayangan itu?Udara bertuba. Setan bertempik. Ini sepi terus ada. Dan TinggalSegala menebal, segala mengental. Segala tak kukenal. Selamat TinggalAkuAku mau hidup seribu tahun lagi Interpretation is the art of seeking meaning just as the author originally intended. In the process, the author's intent becomes the key of which among many towards an interpretation. Each interpretation requires the interpreter to enter the author's mind and identify with the author, achieve total experience or repeat the global experience of the author and enter the realm of his emotions. Chairil Anwar's 'aku Berkaca' is an interesting text offering a rich depth of meaning to be drawn from. There are at least three layers of meaning contained within the poem, namely the context layer, the sound layer, and the meaning layer. These three layers of meaning usher the reader towards the climax indeed the climax as the author intends is a message and meaning in of itself. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 33Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkaca’ Karya Chairil AnwarTIGA LAPIS MAKNA PUISI AKU BERKACA’ KARYA CHAIRIL Bhanu Viktorahadi Fakultas Filsafat Universitas Katolik ParahyanganAbstrak Interpretaonistheartofseekingmeaningjustastheauthororiginallyintend-ed.Intheprocess,theauthor’sintentbecomesthekeyofwhichamongmanytowardsaninterpretaon.Eachinterpretaonrequirestheinterpretertoentertheauthor’smindandidenfywiththeauthor,achievetotalexperienceorrepeattheglobal experienceoftheauthorandentertherealm of his emoons. Chairil Anwar’sakuBerkaca’isaninteresngtextoeringa rich depthof meaningtobe drawn from. Thereareatleastthreelayersofmeaningcontainedwithinthepoem,namelythecontextlayer,thesoundlayer,andthe meaninglayer.Thesethree layersofmeaningusherthe readertowardstheclimaxindeedtheclimaxastheauthorintendsisamessageandmeaninginof Kuncitafsir, makna, konteks, bunyiA. PENDAHULUANPuisi seringkali tak terlahir dari suatu proses komunikasi langsung, seperti yang terjadi pada sebuah pantun. Puisi terlahir tanpa kehadiran langsung pendengarnya audience in absentia. Komunikasi memang tidak selamanya terjadi hanya karena dua mulut berbicara bersahut-sahutan. Ada sesuatu yang disebut Ivan Illich sebagai the eloquency of silence’. Artinya, kefasihan dari diam. Menurut Ivan Illich, kata-kata dan kalimat terdiri atas diam yang lebih bermakna daripada bunyi1. Puisi terlahir dari kehidupan penulisnya yang terpencil2. Oleh karena itu, puisi memiliki makna yang khas. Kekhasan atau karakteristik puisi sangat dipengaruhi pribadi penulis dan kondisi saat puisi itu ditulis. Oleh karena itu, menjadi jelas bahwa penafsiran sebenarnya merupakan upaya untuk menjelaskan sebuah teks sesuai dengan makna asli teks tersebut. Dalam arti sempit, menafsirkan adalah upaya untuk menemukan arti sebagaimana dimaksudkan penulis. Di sini, maksud penulis menjadi salah satu kunci penting interpretasi3. Sejumlah makna yang dimaksud pengarang mungkin saja tidak dapat lagi dipahami pembaca akibat rentang waktu antara si penulis dengan si pembaca penafsir atau aneka rentang lainnya. Oleh karena itu, menurut Friedrich Schleiermacher4 setiap penafsiran menuntut penafsir untuk memasuki pikiran pengarang dan mengidentikasi diri dengannya, mencapai pengalaman total atau mengulang pengalaman global penulis serta masuk dalam perasaannya. Hal yang kurang lebih serupa ditegaskan Wilhem Dilthey, yaitu bahwa peran pengarang dan rasa-perasaannya memegang peranan penting dalam intrepretasi sebuah teks5. Idealnya, tugas seorang pembaca adalah untuk mengungkap apa yang ingin dimaksudkan penulis voluntas sigcandi yang dinyatakan dalam kata-kata vis verbi. Seorang penulis mengobjektivikasi Bhanu Viktorahadimaksud atau pikirannya ke dalam sebuah kata. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa maksud seorang penulis tidak dengan sepenuhnya tertuang lewat kata-katanya. Saat maksud itu tak sepenuhnya terungkap dengan kata yang dipergunakan, seorang penafsir harus berupaya untuk tidak membatasi diri pada kata-kata tetapi pada maksud waktu antara penulisan puisi Aku Berkaca’ dengan upaya membaca dan menafsir saat ini hampir 70 tahun6. Banyak sekali perubahan, terutama dalam hal pemaknaan kata yang terjadi dalam rentang waktu tersebut. Oleh karena pertimbangan rentang waktu serta aneka kemungkinan perubahan tersebut, penafsiran yang dilakukan ini tidak bermaksud menggali maksud asli pengarang Chairil Anwar. Tulisan ini menggali makna puisi Aku Berkaca’ karya Chairil Anwar. Layaknya mengupas bawang, tulisan ini mencoba secara sederhana membuka lapis demi lapis puisi karya Chairil Anwar dengan kemampuan terbatas pembaca yang dalam hal ini bertindak sebagai penafsir. Guna menggali maknanya secara losos, tulisan ini mengajukan dua permasalahan. Pertama, bagaimana para lsuf, terutama yang berkecimpung di dunia tafsir atau hermeneutik menafsirkan teks untuk mengambil makna yang tersirat di baliknya. Kedua, bagaimana proses penggalian makna dari teks puisi itu berlangsung. Tulisan ini mengakhiri diskusinya dengan menggunakan analisis retoris Aristoteles untuk merangkum lapis-lapis makna teks puisi HASIL DAN PEMBAHASAN Aku BerkacaIni muka penuh lukaSiapa punya?Kudengar seru menderudalam hatikuApa hanya angin lalu?Lagu lain pulaMenggelepar tengah malam butaAh.......!!Segala menebal, segala mengentalSegala tak kukenal .............!!Selamat tinggal ................!dari Deru Campur Debu1. Lapis konteksSeperti halnya puisi karya penyair lainnya, puisi buah pena Chairil Anwar memiliki sejumlah ciri khas. Umar Junus menyebut tiga di antara sejumlah karakteristik puisi Chairil Anwar7. Pertama, puisi-puisi Chairil Anwar merupakan pemikiran tentang sesuatu, sehingga di dalamnya dijumpai perkembangan pemikirannya yang bertolak menuju kepada klimaks. Kedua, puisi-puisi Chairil Anwar memiliki persambungan pikiran dari baris ke baris, dari bait ke bait. Ketiga, kaitan antara baris atau bait itu sebenarnya tidak terlalu jelas karena baris atau bait itu disusunnya secara independen. Artinya, setiap baris atau bait dapat berdiri sendiri tanpa terkait langsung dengan baris atau bait sebelum dan sesudahnya. Akan tetapi, kemungkinan untuk mencari kaitan antara baris-baris atau bait-bait itu pun tetap terbuka Junus, puisi-puisi Chairil 35Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkaca’ Karya Chairil AnwarAnwar lebih merupakan manipulasi struktur kalimat sehingga membuat setiap baris atau bait puisinya dapat berdiri sendiri-sendiri secara independen8. Nampaknya, Chairil Anwar sengaja membiarkan setiap unsur dari puisinya, terutama yang sedang dianalisis ini memiliki karakteristiknya tersendiri. Karakteristik yang dimiliki setiap unsur itu membuat setiap unsur memiliki makna yang menentukan makna keseluruhan puisi tersebut, seperti yang digagas Hans-Georg Gadamer, yaitu pemahaman atau pemaknaan suatu keseluruhan terjadi berdasarkan pengaruh atau kontribusi unsur-unsurnya. Sekaligus, secara resiprokal terjadi proses serupa, yaitu pemahaman suatu unsur muncul berdasarkan Lapis bentuk bunyiDalam puisinya ini, nampaknya Chairil Anwar sengaja memamerkan terjadinya asonansi10 dalam setiap baitnya. Pada bait pertama terdapat asonansi vokal a’ dalam akhiran tiap baris. Pada bait kedua, tiga frasenya berasonansi di akhir dengan vokal u’. Selanjutnya, bait ketiga memberi tempat kembali pada vokal a’ untuk menutup dua barisnya. Dua bait berikutnya ditutup dengan tanda baca seru. Bisa jadi, dengan tanda baca itu, Chairil Anwar hendak menaikkan tekanan puisinya supaya menjadi klimaks11. Secara khusus, pada bait terakhir, tiga barisnya berasonansi pada suku kata -al’. Peralihan dari asonansi berakhiran vokal yang berkarakter terbuka menuju asonansi berakhiran konsonan yang berkarakter tertutup pada akhir puisi ini sekaligus seperti menutup atau menyelesaikan puisi ini dalam puncak klimaks. Dengan asonansi tersebut, Chairil Anwar seolah lebih mementingkan aspek stilistika atau plastik bahasa untuk menentukan sukses atau gagalnya karya sastra yang ditulisnya ini. Dengan adanya asonansi dalam empat bait puisinya ini, Chairil Anwar lebih menekankan keindahan bunyi dalam puisinya ini sebagai suatu pesan. Dengan kata lain, keindahan bunyi yang ditampakkan puisi ini menjadi bagian dari pesan atau bahkan pesan itu sendiri sebagaimana yang digagas Marshall McLuhan the medium is the message’ bahasa artisial dalam puisinya ini, Chairil Anwar bermaksud pergi dari arus utama sekaligus menyambut fajar dunia baru. Oleh karena itu, puisinya ini cenderung bersifat subversif. Di sini, makna subversif tak negatif. Yang dimaksud adalah subversif sesuai dengan makna asalinya, yaitu subversio’ Latin. Artinya, pembalikan atau pemutaran arah. Secara positif, subversif dapat dimaknai sebagai suatu upaya merintis konsep-konsep atau gagasan baru yang dapat lebih relevan. Dalam upaya mencari relevansi pada puisinya ini, Chairil Anwar mencoba melawan arus umum yang biasanya mengedepankan makna dari kata-kata dalam puisi. Dalam puisinya ini, Chairil Anwar lebih mengedepankan bentuk baca bunyi sebagai pesan yang ingin disampaikannya. Dengan kata lain, Chairil Anwar ingin menggunakan semiotik alih-alih strukturalisme. Dalam semiotik, segala unsur bentuk dalam suatu karya sastra dilihat sebagai bagian dari suatu sistem pemaknaan itu sendiri13. Melalui puisinya ini, nampaknya Chairil Anwar memberi peluang lebih besar pada estetika alih-alih pada struktur atau pemaknaan yang terdapat dalam puisinya ini dipakainya sebagai titian nada bunyi yang menggiring pembaca sampai pada klimaks puisi. Dengan pesan bunyi ini, bisa jadi Chairil Anwar bermaksud mengajak pembaca untuk merasakan proses merasa yang mencapai klimaks atau puncaknya Bhanu Viktorahadipada suatu keputusan atau keputusasaan, yaitu Selamat tinggal................!’ 3. Lapis maknaWalaupun, nampak mengedepankan estetika dalam wujud bunyi, bukan berarti puisi ini tidak bermakna dari sudut pandang sebuah unit teks. Puisi sebagai suatu karya sastra pada hakikatnya memiliki logika dan realitasnya tersendiri, yang menguasai seluruh mekanismenya. Kebenaran dari logika dan realitas yang ada di dalamnya ditentukan sepenuhnya oleh hubungan integral dari suatu unsur dengan unsur-unsur lain dari karya itu. Dengan kata lain, puisi bukanlah sekadar ikhtiar untuk sekadar bergenit-genit dengan estetika. Puisi juga bukanlah sekadar suatu upaya berimajinasi secara sembarangan dan tanpa tujuan. Puisi bukanlah semacam lamunan ke dalam alam tak nyata. Sebaliknya, seperti sebuah lampu sorot, puisi menunjuk ke depan, ke arah desain yang jelas. Puisi adalah keterbukaan atau ketersingkapan yang membawa yang ada menjadi lebih bersinar dan meledak14. Dengan puisi, makna kehidupan yang tersembunyi hendak disingkapkan. Dalam ikhtiar menyingkapkan makna itulah proses menafsir berikut ini Anwar memberi puisinya judul Aku Berkaca’. Pada umumnya, kaca atau tepatnya cermin berfungsi untuk memantulkan bayangan dari diri subjek yang berdiri di depannya. Bayangan yang terdapat dalam cermin itu akan menunjukkan kenyataan diri subjek, baik yang positif maupun yang negatif. Dalam judul ini, Chairil Anwar belum mengungkapkan akibat yang diperolehnya dari bercermin. Baru dalam baris pertama puisinya, ia mengungkapkan bahwa aktivitas bercermin itu memberinya suatu gambaran diri. Gambaran diri itu diungkapkannya dalam kalimat Ini muka penuh luka’.Dengan ungkapan ini muka penuh luka’ itu penulis mengembangkan suatu imaji. Menurut Jean-Paul Sartre, imaji lebih merupakan suatu tindakan kesadaran daripada suatu benda dalam kesadaran. Dengan kata lain, imaji adalah aktivitas produktif yang mengintensifkan sebuah objek dengan cara tertentu. Imaji itu bersifat quasi-observasi. Artinya, kesadaran imajinatif memproyeksikan yang diimajinasikannya seolah-olah itu nyata15. Imaji itu mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, atau merasakan yang dialami penulis. Realitas yang ditampakkan cermin kepada dirinya ternyata negatif, yaitu muka yang penuh luka. Rupanya kondisi itu bukanlah yang diharapkannya. Bisa jadi, kondisi ideal itu adalah akibat dari masa lalu. Hal ini nampak dari kata luka’ yang digunakan. Luka adalah bekas kecelakaan entah berat atau ringan. Luka dapat membuat seorang yang memilikinya kembali mengingat peristiwa yang mengakibatkan timbulnya luka tersebut. Lebih dari itu, luka bisa menimbulkan trauma. Singkatnya, ada pengalaman masa lalu yang tidak baik, yang jika kembali diingat atau tidak sengaja diingat akan menimbulkan kesedihan. Oleh karena menimbulkan kesedihan, orang yang bercermin itu enggan atau menolak mengakui bahwa wajah penuh luka itu adalah dirinya. Wajar jika ungkapan berikutnya adalah penolakan atas kondisi tersebut yang terwujud dalam pertanyaan siapa punya?’Dengan pertanyaan itu, ia menggugat realitas nyata yang ada di hadapannya. Ia mencoba mengalihkan diri dari kenyataan yang sebenarnya adalah kondisi dirinya sendiri kepada pihak lain yang anonim siapa’. Anonimitas menjadi tempatnya membuang kondisi tidak ideal itu. Dengan membuangnya, ia berharap bisa terbebas 37Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkaca’ Karya Chairil Anwardari kondisi tak ideal menangkap kondisi tidak ideal dengan indra penglihat, Chairil Anwar menangkap realitas lainnya dengan menggunakan indra pendengar. Hal ini diungkapkannya pada bait berikutnya Kudengar seru menderu dalam hatiku’. Ungkapan ini menunjukkan bahwa ternyata seru menderu’ yang terdengarnya bukanlah bunyi yang dapat ditangkap dengan telinga sebagaimana bunyi pada umumnya. Bunyi itu berada di dalam hatinya. Oleh karena belum jelas, bisa jadi yang didengar itu bukanlah bunyi yang sesungguhnya. Yang didengarnya adalah pseudo-bunyi, sesuatu yang seolah-olah seperti bunyi, sehingga ungkapan berikutnya adalah suatu pertanyaan Apa hanya angin lalu?’Kondisi yang ditampakkan dalam bait ini nampaknya juga bukanlah suatu kondisi yang ideal. Kondisi yang dimaksudkan adalah timbulnya suatu bunyi, tetapi tidak bisa dipastikan bunyi apakah itu. Lagi-lagi ada kesan bahwa penulis ingin mengalihkan sesuatu yang sebenarnya ada dalam dirinya atau kondisi nyata dirinya itu dalam hatiku kepada sesuatu yang ada di luar dirinya angin lalu’. Ungkapan angin lalu’ memiliki tendensi anonim. Angin adalah sesuatu yang tidak berwujud, kecuali jika membawa sesuatu bersamanya topan, puting beliung. Akan tetapi, walaupun tidak berwujud, angin dapat dirasakan dan dialami. Pada ungkapan dalam baris ini, rupanya unsur dirasakan dan dialami itu juga direduksi dengan kata lalu’. Sekurang-kurangnya, kata ini mengungkapkan dua makna. Pertama, datang dari masa lampau atau sudah lewat. Kedua, sekelebat atau seadanya bukan angin kencang atau angin ribut. Dari ungkapan tersebut, penulis nampaknya menghendaki supaya seru menderu’ yang sebenarnya nyata dalam dirinya itu hanyalah sesuatu yang tidak berarti atau sesuatu yang sudah lewat. Dengan kata lain, ia ingin menghindari, bahkan setelah mengungkapkan yang dirasakan atau dialaminya melalui dua indra penglihat dan pendengar, penulis menyampaikan sesuatu lain yang dialaminya. Pengalaman itu diungkapkannya dalam kalimat Lagu lain pula menggelepar tengah malam buta’. Penulis mendenisikan yang dirasakan atau dialaminya sebagai lagu lain’. Sebenarnya, denisi lagu sudah cukup jelas, yaitu untaian nada dan syair yang membentuk satu kesatuan bunyi yang bermakna dan berirama. Akan tetapi, kata lain’ membuat denisi itu tereduksi kejelasannya. Kata lain’ ini seolah menunjukkan bahwa lagu yang dimaksud adalah lagu yang berbeda atau bahkan lagu yang tidak biasa alias aneh. Lagi-lagi, di sini muncul kondisi tidak biasa, yang dapat saja disebut sebagai kondisi tidak lagu itu ditampakkan dalam aktivitasnya. Biasanya lagu memproduksi bunyi yang dapat didengar. Akan tetapi, dalam baris ini, lagu tidak memproduksi bunyi. Lagu ini justru menggelepar’, suatu aktivitas yang todak lazim untuk sebuah lagu. Bisa jadi, ada yang salah dengan lagu ini sehingga menggelepar. Selain itu, konteks waktu saat terjadinya aktivitas itu pun tidak lumrah, yaitu tengah malam buta’. Di sini penyair menggunakan bahasa guratif atas kata malam. Malam diibaratkan manusia yang tidak dapat melihat alias buta. Secara umum, malam memang biasa dimaknai sebagai gelap. Dengan adanya ungkapan buta’ yang mengikutinya, kesan gelap menjadi semakin kuat. Kondisi gelap biasanya dilawankan dengan terang. Pada umumnya, yang lebih dilihat sebagai kondisi ideal adalah terang. Gelap cenderung dilihat sebagai kondisi tidak ideal. Kondisi tidak Bhanu Viktorahadiideal dalam konteks ungkapan tengah malam buta’ disangatkan. Dengan kata lain, kondisinya sungguh sangat tidak ideal. Kondisi ini menguatkan kondisi tidak ideal sebelumnya yang dimiliki ungkapan lagu lain’ yang menggelepar itu. Jelaslah, bahwa kondisi ideal menjadi semakin kuat ditampakkan dalam bait ketiga penulis menggunakan onomatope di bait berikutnya dalam ungkapan Ah .......!!’. Onomatope adalah tiruan terhadap bunyi. Tiruan bunyi dalam konteks bait ini bisa menimbulkan efek memelas atau kecewa. Jika dikaitkan dengan tiga bait sebelumnya, bisa jadi onomatope itu menjadi semacam ekspresi dari kejengahan si penulis atas kondisi tidak ideal tiga kali berturut-turut yang dialaminya. Tidak ada lagi yang dapat dilakukannya selain mengeluarkan bunyi sebagai ekspresi perasaannya. Tidak ada kata atau ungkapan yang memadai untuk dapat mengungkapkan perasaan yang dialaminya berikutnya atau bait terakhir menjadi klimaks dari puisi sekaligus ungkapan perasaannya. Segala menebal, segala mengental. Segala tak kukenal .............!! Selamat tinggal ................!’Penulis merangkum aneka macam kondisi tidak ideal itu dengan ungkapan segala’. Bagi penulis, segalanya menebal’. Menebal bisa diartikan menjadi kasar atau menjadi tak peka. Segalanya mengental. Mengental dapat dimaknai tidak cair atau kaku. Dalam konteks seorang pribadi, kekakuan dapat dimaknai sebagai kerasnya hati atau bebal. Akhirnya, ungkapan yang ketiga terkait kondisi tidak ideal itu adalah tak kukenal’. Di sini penulis menegaskan opini personalnya dengan objek pelaku ku’ aku. Bisa jadi, di sini penulis sungguh-sungguh ingin memberi penekanan bahwa dirinyalah yang tak mengenal segala macam kondisi tak ideal itu. Kemungkinan lainnya adalah bahwa si penulis tidak ingin mengenal kondisi-kondisi tidak ideal itu. Oleh karena tak mengenal, terbuka kemungkinan baginya untuk mengabaikan itu semua. Penulis menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki keharusan atau tanggung jawab untuk peka atau menaruh perhatian pada kondisi-kondisi ideal itu. Oleh karena itu, ungkapan terakhir sangatlah pas. Selamat tinggal ................!Penulis sampai pada keputusan. Ia memutuskan untuk meninggalkan segalanya, kondisi-kondisi ideal itu. Jika memang itu yang dimaksud penulis, secara implisit terkandung di dalam keputusan itu suatu harapan bahwa dengan meninggalkan atau mengucapkan selamat tinggal pada segalanya itu, ia akan memeroleh sesuatu yang lebih baik atau sesuatu yang ideal. Akan tetapi, bisa juga ungkapan Selamat tinggal ................!’ itu dimaknai bukan sebagai keputusan, melainkan sebagai keputusasaan. Jika ini yang terjadi, ada nuansa pesimis yang muncul. Penulis seolah tidak sanggup lagi menemukan yang ideal yang ingin diraihnya. Jika ini yang terjadi, penulis semakin jatuh terjerembab dalam pesimistis. Bahkan, dalam kondisi paling akut, penulis masuk ke dalam kehampaan atau ketiadaan. Ia kehilangan eksistensi dirinya. Dalam kondisi ini, yang dikatakan Jean-Paul Sartre terjadi, yaitu tiada menghantui ada atau eksistensi diri le nĂ©ant hante l’ĂȘtre menemukan kenyataannya. Setiap realitas atau kenyataan dengan sendirinya terancam ketiadaan yang terkandung dalam dirinya SIMPULANDari sudut pandang strategi penyampaian, melalui puisinya ini, Chairil Anwar dapat dilihat menggunakan strategi retorika yang biasa digunakan para lsuf Yunani, secara khusus yang beraktivitas di 39Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkaca’ Karya Chairil AnwarAtena. Chairil Anwar masuk ke dalam diri pembacanya melalui pola pikir persuasif yang telah umum dikenal warga Atena, yaitu Retorika Aristoteles17. Secara ringkas, retorika Aristoteles ini mencakup tiga unsur, yaitu ethos, pathos, dan logos. Pertama, melalui asonansi maupun diksi dalam puisinya ini, Chairil Anwar menampilkan diri dengan sesuai etika ethos. Yang dimaksudkan etika di sini bukanlah sekadar tata moral. Yang dimaksudkan dengan etika dalam konteks ini adalah kepantasan sikap. Chairil Anwar berhasil menampilkan diri sebagai pribadi yang sungguh-sungguh manusiawi, lengkap dengan aneka macam perasaan dan emosi yang wajar. Kedua, Chairil Anwar juga berhasil menyapa dan mengangkat emosi pembaca saat berwacana atau berkomunikasi dengan mereka pathos, baik dengan asonansi maupun diksi yang terdapat dalam puisinya ini. Ketiga, Chairil Anwar pun tak lupa akan pesan yang harus disampaikannya logos melalui puisinya ini, yaitu sikap manusia dalam menghadapi aneka macam kondisi tidak ideal dalam hidupnya. Chairil Anwar memperlengkapi diri dengan pemahaman dari sudut pandang psikologis serta secara implisit memanfaatkan tradisi literer maupun losos yang dipahaminya untuk meneguhkan argumennya. Dengan tiga hal itulah Chairil Anwar bisa membuka dan mengembangkan komunikasi secara efektif dengan PUSTAKAAlonso-Schökel, Luis. A Manual of Hermeneutics. Sheî”¶eld Sheî”¶eld Academic Press, Rhetoric. trans. W. Rhys Robert. New York Dover Publications, inc., Roland. Elements of Semiology. London Jonathan Cape, Taylor. Heidegger’s analytic Interpretation, discourse, and authenticity in Being and Time. Cambridge Cambridge University Press, Paul ed.. Critical Sociology. Harmondsworth Penguin Book, Hans-Georg. “The Historicity of Understanding.” Paul Connerton ed.. Critical Sociology. Harmondsworth Penguin Book, Martin. Poetry, Language, Thought. New York Harper & Row Publisher, Ivan. Celebration of Awareness. Harmondsworth Penguin Books, Umar. Mitos dan Komunikasi. Jakarta Penerbit Sinar Harapan, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama, Marshall. Understanding Media The Extensions of Man, Cambridge, Massachusetts The MIT Press, Jean-Paul. L’ĂȘtre et le nĂ©ant. Essai d’ontologie phĂ©nomĂ©nologique. Paris Librairie Gallimard, . The Psychology of Imagination. New York Citadel Press, Dan R. The Philosophy of Religious Language. Oxford Blackwell Publishers Ltd., AKHIR Endnotes1 Ivan Illich, Celebration of Awareness Harmondsworth Penguin Books, 1973, Paul Connerton ed., Critical Sociology Harmondsworth Penguin Book, 1976, Luis Alonso-Schökel, A Manual of Hermeneutics Sheî”¶eld Sheî”¶eld Bhanu ViktorahadiAcademic Press, 1998, 29 “The sense is something wanted or intended by the author; not simply a datum of the text, nor something which is simply at the mercy of the reader-interpreter.”4Dan R. Stiver, The Philosophy of Religious Language Oxford Blackwell Publishers Ltd. 1996, Carman, Heidegger’s analytic Interpretation, discourse, and authenticity in Being and Time Cambridge Cambridge University Press 2003, Puisi Aku Berkaca’ adalah satu dari sejumlah puisi dalam kumpulan puisi bertajuk Deru Campur Debu’. Kumpulan puisi ini dipublikasikan pada 1949, tak terentang jauh dari wafat sang penulis, Chairil Anwar Medan, 26 Juli 1922 – Jakarta, 28 April 1949.7 Umar Junus, Mitos dan Komunikasi Jakarta Penerbit Sinar Harapan, 1981, Umar Junus, Mitos dan Komunikasi, Hans-Georg Gadamer, “The Historicity of Understanding,” Paul Connerton ed., Critical Sociology Harmondsworth Penguin Book, 1976, Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991, 130 Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya asonansi digunakan dalam puisi. Kadang-kadang juga asonansi ini digunakan dalam proses untuk memperoleh efek penekan atau sekadar keindahan. Contoh, kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu’.11 Goris Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, 124 Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urut-urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan Marshall McLuhan, Understanding Media The Extensions of Man Cambridge, Massachusetts The MIT Press, 1994, Roland Bartes, Elements of Semiology London Jonathan Cape, 1967, Martin Heidegger, Poetry, Language, Thought New York Harper & Row Publisher, 1971, Jean-Paul Sartre, The Psychology of Imagination New York Citadel Press, 1972, Jean-Paul Sartre, L’ĂȘtre et le nĂ©ant. Essai d’ontologie phĂ©nomĂ©nologique Paris Librairie Gallimard, 1943, Aristotle, Rhetoric, trans. W. Rhys Robert New York Dover Publications, inc., 2004, 6-11. Antonio Julio PutraPilgrimage is some act like make a devotional visit to sacred place. In there, we can find something which make us close with God. The way that we use to find it is we have to open one of part in ourself, that we called as intuition. From the intuition, people can examine some experience of pilgrimage, that is a experience of God. Pass through this experience will make something happened, that we called communication. From the communication, experience transform to be a image about The Transcendent. One of the thousand of The God Image can founded in this paper. That image appear because of a experience which bring the ratio and the faith, and then create some new perspective of The Transcendent Taylor CarmanThis book offers an interpretation of Heidegger's major work, Being and Time. Unlike those who view Heidegger as an idealist, Taylor Carman argues that Heidegger is best understood as a realist. Amongst the distinctive features of the book are an interpretation explicitly oriented within a Kantian framework often taken for granted in readings of Heidegger and an analysis of Dasein in relation to recent theories of intentionality, notably those of Dennett and Searle. Rigorous, jargon-free and deftly argued this book will be necessary reading for all serious students of of Awareness. Harmondsworth Penguin BooksIvan IllichIllich, Ivan. Celebration of Awareness. Harmondsworth Penguin Books, d'ontologie phĂ©nomĂ©nologiqueJean-Paul SartreSartre, Jean-Paul. L'ĂȘtre et le nĂ©ant. Essai d'ontologie phĂ©nomĂ©nologique. Paris Librairie Gallimard, 1943. ______________. The Psychology of Imagination. New York Citadel Press, Philosophy of Religious LanguageDan R StiverStiver, Dan R. The Philosophy of Religious Language. Oxford Blackwell Publishers Ltd., Berkaca' adalah satu dari sejumlah puisi dalam kumpulan puisi bertajuk 'Deru Campur Debu'. Kumpulan puisi ini dipublikasikan pada 1949, tak terentang jauh dari wafat sang penulisPuisiPuisi 'Aku Berkaca' adalah satu dari sejumlah puisi dalam kumpulan puisi bertajuk 'Deru Campur Debu'. Kumpulan puisi ini dipublikasikan pada 1949, tak terentang jauh dari wafat sang penulis, Chairil Anwar Medan, 26 Juli 1922 -Jakarta, 28 April 1949.130 Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya asonansi digunakan dalam puisi. Kadang-kadang juga asonansi ini digunakan dalam proses untuk memperoleh efek penekan atau sekadar keindahan. Contoh, 'kura-kura dalam perahuGorys KerafDiksi Dan GayaBahasaGorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991, 130 Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya asonansi digunakan dalam puisi. Kadang-kadang juga asonansi ini digunakan dalam proses untuk memperoleh efek penekan atau sekadar keindahan. Contoh, 'kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu'.Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urut-urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnyaGoris KerafDiksi Dan GayaBahasaGoris Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, 124 Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urut-urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan HeideggerPoetryLanguageMartin Heidegger, Poetry, Language, Thought New York Harper & Row Publisher, 1971, 72. Chairil Anwar merupakan penyair berdarah Minangkabau yang menjadi salah satu pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia. Karya-karyanya tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga dunia. Penasaran seperti apa kumpulan puisi karya Chairil Anwar yang sangat populer dan melegenda itu? Simak artikel ini hingga habis, ya!Para pecinta puisi barangkali sudah tidak asing lagi dengan nama Chairil Anwar. Penyair yang lahir dan besar di Medan ini telah menulis puluhan puisi yang digandrungi banyak orang. Misalnya adalah karya berjudul Aku, Karawang-Bekasi, dan kumpulan puisi Chairil Anwar kumpulan puisi karya Chairil Anwar yang berhasil diterbitkan, yaitu Deru Campur Debu 1949, Aku Ini Binatang Jalang koleksi sajak 1942-1949 1986, Derai-derai Cemara 1998, dan sebagainya. Sedangkan karya-karya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing di antaranya Sharp gravel, Indonesian poems 1960, Chairil Anwar Selected Poems 1963, The Complete Poems of Chairil Anwar 1974, dan masih banyak kepiawaiannya dalam menciptakan puisi, sosok Chairil Anwar mampu menginspirasi banyak orang. Beberapa penulis pun menghasilkan buku yang membahas tentang dirinya, seperti Chairil Anwar memperingati hari 28 April 1949 1953, Chairil Anwar Sebuah Pertemuan 1976, Mengenal Chairil Anwar 1995, dan lain-lain. Luar biasa, bukan?Makin penasaran dengan kumpulan puisi karya Chairil Anwar yang kami rangkum di sini? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini! Semoga saja sajak-sajak dari penyair kenamaan Indonesia itu mampu memberimu banyak inspirasi. Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar tentang Perjuangan 1. Aku Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih perih Dan akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Mungkin kamu sudah familier dengan salah satu karya dari kumpulan puisi Chairil Anwar berjudul Aku tersebut karena memang sangat terkenal. Sajak yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris itu pertama kali dibaca Chairil pada Juli 1943 di Pusat Kebudayaan Jakarta. Secara keseluruhan, sajak di atas berisi tentang keberanian dalam berjuang walaupun banyak risiko yang menghadang. Dapat pula mengandung makna keteguhan hati atas kebenaran yang telah diyakini. 2. Karawang-Bekasi Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami Terbayang kami maju dan mendegap hati? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu Kenang, kenanglah kami Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan, Atau tidak untuk apa-apa Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Syahrir Kami sekarang mayat Berikan kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian Kenang, kenanglah kami Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi Karawang-Bekasi merupakan puisi Chairil Anwar yang mungkin juga tak asing lagi di telingamu. Karya sastra tersebut menyiratkan perjuangan para pahlawan yang telah gugur dalam peperangan yang kemudian dikebumikan di antara Kota Karawang dan Bekasi. Sajak di atas juga menggambarkan betapa beratnya memperjuangkan kemerdekaan yang hendak diproklamirkan Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Meski sudah merdeka, sayangnya banyak dari kita yang mengabaikan perjuangan para pahlawan. Lewat puisi di atas, Chairil berpesan kepada generasi penerus agar senantiasa mengenang dan menghargai jasa pejuang-pejuang yang telah gugur. Baca juga Kumpulan Contoh Pantun Jenaka dan Maknanya untuk Meramaikan Suasana 3. Diponegoro Di masa pembangunan ini Tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati. MAJU Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu. Sekali berarti Sudah itu mati. MAJU Bagimu negeri Menyediakan api. Punah di atas menghamba Binasa di atas ditindas Sungguhpun dalam ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai Maju. Serbu. Serang. Terjang. Dalam penulisannya, puisi berjudul Diponegoro tersebut menggunakan persamaan bunyi rima yang dapat dibaca pada bait pertama hingga terakhir. Selain itu, beberapa bagian sajak ini juga menggunakan kalimat konotasi. Misalnya adalah kalimat “Ini barisan tak bergenderang-berpalu,” yang bermakna semangat dan frasa “menyediakan api” sebagai simbol kekuatan dan keberanian. Dari segi makna, sajak ini kurang lebih bercerita tentang perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah Belanda di Indonesia. Walau senjata yang dipakai kalah modern, sang pahlawan tetap tak gentar dan terus maju memerangi Belanda. 4. Persetujuan dengan Bung Karno Ayo! Bung Karno kasih tangan, mari kita bikin janji Aku sudah cukup lama dengan bicaramu Dipanggang di atas apimu, digarami lautmu Dari mulai tanggal 17 Agustus 1945 Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu Aku sekarang api, Aku sekarang laut Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat Di zatmu, di zatku kapal-kapal kita berlayar Di uratmu, di uratku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuh Dalam sajak berjudul Persetujuan dengan Bung Karno di atas, Chairil Anwar berusaha menggambarkan kedekatan emosionalnya dengan presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Bait pertama mengungkapkan sikap setuju sang penyair terhadap ucapan-ucapan yang disampaikan Bung Karno. Baris selanjutnya juga menunjukkan dukungan Chairil pada Soekarno ketika berusaha mempertahankan Republik Indonesia RI. Sedangkan di bait terakhir, penyair yang mendapat julukan Si Binatang Jalang ini berusaha mengingatkan Soekarno kalau beliau tidak sendirian karena banyak yang sepemahaman dengannya. 5. Prajurit Jaga Malam Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu? Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini Aku suka pada mereka yang berani hidup Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
 Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu! Tema yang diangkat dalam sajak berjudul Prajurit Jaga Malam ini adalah kepahlawanan. Penulis berusaha mengungkapkan kekagumannya kepada para prajurit yang tak lelah melakukan jaga malam untuk mengantisipasi serangan Belanda. Mereka tak gentar sedikit pun pada ancaman penjajah meski nyawa menjadi taruhan. Keberanian dan tekad kuat para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan tersebut mengajarkan kita agar senantiasa cinta tanah air dan rela berkorban untuk negara ini. Baca juga Contoh Puisi tentang Guru sebagai Rasa Terima Kasih Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar tentang Cinta 1. Senja di Pelabuhan Kecil Kepada Sri Ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap Tak hanya menghasilkan karya bertema perjuangan dan kepahlawanan, Chairil Anwar juga menulis kumpulan puisi yang berisi percintaan. Salah satunya sajak berjudul Senja di Pelabuhan Kecil di atas yang berkisah tentang kandasnya sebuah cinta. Tak seperti sajak-sajak sebelumnya yang selalu bernada optimis, rangkaian puisi Chairil kali ini menyiratkan rasa pesimis dan kemuraman. Perasaan sedih sang pengarang terlukiskan lewat pemilihan kata-kata seperti kelam, muram, sendiri, dan sendu. 2. Tak Sepadan Aku kira Beginilah nanti jadinya Kau kawin, beranak dan berbahagia Sedang aku mengembara serupa Ahasveros Dikutuk-sumpahi Eros Aku merangkaki dinding buta Tak satu juga pintu terbuka Jadi baik juga kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak kan apa-apa Aku terpanggang tinggal rangka Lewat puisi berjudul Tak Sepadan, sang pengarang seolah sedang mengajak bicara wanita yang dicintainya. Pada bait pertama, si aku mencoba memperkirakan apa yang akan terjadi jika mereka selalu bersama atau sebaliknya. Dengan atau tanpa dirinya, dia kira wanita tersebut akan tetap bahagia dengan suami dan anak-anaknya kelak. Sedangkan bait-bait selanjutnya berisi tentang keputusasaan sang penyair terhadap hubungan yang sedang dijalani. Rasa sakit tak tertahan membuatnya memilih untuk mengakhiri hubungan yang dijalani karena merasa tak sejalan. Dirinya pun berpikir telah disumpahi dan dikutuk Dewa Eros karena kekecewaan dan kemalangan cinta yang menimpanya. Baca juga Kumpulan Puisi Singkat tentang Ibu yang Membuatmu Rindu untuk Pulang 3. Cintaku Jauh di Pulau Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata “Tujukan perahu ke pangkuanku saja,” Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! Perahu yang bersama kan merapuh! Mengapa ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau kumati, dia mati iseng sendiri. Sekilas, salah satu karya dari kumpulan puisi Chairil Anwar di atas seolah mengisyaratkan kebahagiaan. Namun tak jauh beda dengan sajak cinta sebelumnya, puisi berjudul Cintaku Jauh di Pulau tersebut ternyata mengisahkan kesedihan karena kasih tak sampai. Cerita bermula dari kecintaan tokoh aku pada gadis di seberang pulau yang senang menghabiskan waktu sendirian. Malangnya, tokoh tersebut harus menjemput ajal ketika hendak menyeberangi pulau untuk bertemu kekasihnya. Setelah meninggal, dia pun masih khawatir dengan sang kekasih yang mungkin akan menghabiskan sisa hidupnya dalam penantian yang sia-sia. 4. Cinta dan Benci Aku tidak pernah mengerti Banyak orang menghembuskan cinta dan benci Dalam satu napas Tapi sekarang aku tahu Bahwa cinta dan benci adalah saudara Yang membodohi kita, memisahkan kita Sekarang aku tahu bahwa Cinta harus siap merasakan sakit Cinta harus siap untuk kehilangan Cinta harus siap untuk terluka Cinta harus siap untuk membenci Karena itu hanya cinta yang sungguh-sungguh mengizinkan kita Untuk mengatur semua emosi dalam perasaan Setiap emosi jatuh
 Keluarlah cinta Sekarang aku mengetahui implikasi dari cinta Cinta tidak berasal dari hati Tapi cinta berasal dari jiwa Dari zat dasar manusia Ya, aku senang telah mencintai Karena dengan melakukan itu aku merasa hidup Dan tidak ada orang yang dapat merebutnya dariku Sajak Chairil Anwar ini seolah mengamini perkataan banyak orang yang menyebutkan bahwa cinta dan benci itu beda tipis. Menurutnya, cinta dan benci adalah saudara yang dapat membodohi atau memisahkan sepasang kekasih. Ketika jatuh cinta, sang penyair pun sadar harus siap sakit, kehilangan, terluka, dan membenci. Meski begitu, dia tetap bahagia lantaran bisa mencintai karena itu artinya emosi dan jiwanya benar-benar hidup. 5. Sajak Putih Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi Malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita mati datang tidak membelah Pengambilan judul Sajak Putih pada puisi di atas mengisyaratkan kejujuran, keikhlasan, dan ketulusan si aku dalam menyampaikan suara hatinya yang diam-diam mengagumi seseorang gadis. Dia merasakan cinta yang tulus dari sang pujaan hati sehingga membuatnya begitu terharu. Pria tersebut berharap si wanita mencintainya sama seperti apa yang dirasakannya. Namun, baik si laki-laki maupun perempuan belum juga menyatakan perasaannya dan hanya diam tanpa berbicara sepatah kata pun. Dalam diam, mereka juga berjanji akan setia dan tak terpisahkan meski maut datang menjemput. Baca juga Kumpulan Puisi Cinta Romantis untuk Pacar Tersayang yang Memiliki Makna Mendalam Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar untuk Renungan 1. Doa Kepada Pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamu Biar susah sungguh Mengingat Kau penuh seluruh Cahaya-Mu panas suci Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di pintu-Mu aku bisa mengetuk Aku tidak bisa berpaling Doa merupakan salah satu karya dari kumpulan puisi Chairil Anwar yang mengambil tema ketuhanan. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan judul dan beberapa kata, seperti Tuhanku, mengingat Kau, cahaya-Mu, dan pintu-Mu. Sajak tersebut dapat menjadi renungan bahwa keberadaan manusia tak terlepas dari campur tangan Tuhan. Dalam bait-baitnya, sang penyair seolah sedang melakukan dialog dengan Tuhan tentang permasalahan hidup yang dihadapinya. 2. Selamat Tinggal Ini muka penuh luka Siapa punya? Kudengar seru menderu Dalam hatiku Apa hanya angin lalu? Lagi lain pula Menggelepar tengah malam buta Ah..!!! Segala menebal, segala mengental Segala tak kukenal..!!! Selamat tinggal
!! Dalam puisi berjudul Selamat Tinggal, Chairil Anwar seakan-akan sedang membicarakan dirinya sendiri. Dia seperti sedang melakukan introspeksi diri atas kekurangan-kekurangannya yang dikiaskan dengan frasa “muka penuh luka.” Bait-bait tersebut dapat pula dimaknai sebagai sikap keras kepala si penyair terhadap komentar-komentar orang lain yang merugikannya. Oleh karenanya, penulis mengucapkan selamat tinggal pada hal-hal negatif yang menghinggapinya, lalu melangkah dengan percaya diri. Baca juga Kumpulan Kata-Kata Pantun Cinta Romantis untuk Pacar, Gebetan, dan Mantan 3. Sebuah Kamar Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu. “Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satunya!” Ibuku tertidur dalam tersendu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada Ibu dan bapakku, karena mereka berada di luar hitungan Kamar begini, 3 x 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa! Sajak yang ditulis Chairil Anwar pada tahun 1946 ini menggambarkan ironi yang terjadi dalam sebuah keluarga. Mereka yang terdiri dari ayah, ibu, dan lima orang anak harus tinggal di sebuah kamar petak berukuran 3×4 meter. Sudah keadaan susah, ditambah si aku ingin menambah kesulitan lagi lantaran meminta adik pada orangtuanya. Padahal untuk ditinggali tujuh orang saja kamar itu sudah terlalu pengap dan sempit. 4. Kepada Peminta-minta Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Dalam puisinya ini, Chairil Anwar menggambarkan salah satu fenomena sosial yang mungkin kerap terabaikan masyarakat. Lewat Kepada Peminta-minta, penyair berusaha menunjukkan sikapnya terhadap para pengemis. Tokoh aku merasa iba pada si peminta-minta meski sebenarnya dia kurang setuju dengan cara orang itu mencari uang. Di sisi lain, si aku juga kerap berpikir tentang kesulitan hidup yang dihadapi si pengemis dan berharap mereka dapat mencari nafkah dengan cara yang lebih baik. 5. Rumahku Rumahku dari unggun timbun sajak Kaca jernih dari luar segala nampak Kulari dari gedong lebar halaman Aku tersesat tak dapat jalan Kemah kudirikan ketika senja kala Di pagi terbang entah ke mana Rumahku dari unggun timbun sajak Di sini aku berbini dan beranak Rasanya lama lagi Tapi datangnya datang Aku tidak lagi meraih petang Biar berleleran kata manis madu Jika menagih yang satu Sesuai judulnya, sajak Chairil Anwar di atas melukiskan pandangan penulis tentang rumah yang ditinggalinya. Pada bait pertama, penyair beranggapan jika rumahnya bagaikan api unggun yang hangat serta dapat mengusir dinginnya malam. Artinya, rumah itu penuh dengan kehangatan yang membuat si aku betah tinggal di sana. Bait selanjutnya menceritakan tentang pencarian suasana baru di luar rumah tanpa arah dan tujuan. Dapat pula diartikan sebagai masa muda yang kerap kali diisi dengan kesia-siaan. Setelah melewati masa pencarian, si penyair akhirnya kembali ke tempat asal dan menghabiskan masa tuanya di sana. Baca juga Yuk, Baca Kumpulan Puisi Roman Picisan yang Bikin Baper di Sini! Manakah Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar yang Paling Menginspirasimu? Setelah membaca kumpulan puisi karya Chairil Anwar di atas, apa yang kamu pikirkan? Kira-kira, manakah sajak yang paling menginspirasi serta meninggalkan kesan terdalam di hatimu? Kamu bisa mencatatnya, lalu mengirimkannya pada orang-orang terdekat atau membaginya di media sosial. Tak hanya karya Chairil Anwar, di sini kamu juga dapat membaca kumpulan puisi lainnya dengan tema yang beragam. Misalnya adalah puisi tentang ibu, guru, cinta romantis, dan sebagainya. Selamat membaca! PenulisIis ErnawatiIis Ernawati adalah kontributor di Praktis Media alumni UIN Sunan Kalijaga jurusan Komunikasi. EditorNurul ApriliantiMeski memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor, wanita ini tak ragu "nyemplung" di dunia tulis-menulis. Sebelum berkarier sebagai Editor dan Content Writer di Praktis Media, ia pun pernah mengenyam pengalaman di berbagai penjuru dunia maya. Data buku kumpulan puisi Judul Deru Campur Debu Penulis Chairil Anwar Cetakan III, 1993 Penerbit PT. Dian Rakyat, Jakarta Tebal 47 halaman 28 puisi ISBN 979-523-042-5 Ilustrasi isi Oesman Effendi Beberapa pilihan puisi Chairil Anwar dalam Deru Campur Debu Aku Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan akan akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Senja di Pelabuhan Kecil Buat Sri Ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. Cintaku Jauh di Pulau Cintaku jauh di pulau Gadis manis, sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak kan sampai padanya Di air yang tenang, di angin mendayu di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata “Tujukan perahu ke pangkuanku saja.” Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama kan merapuh Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau ku mati, dia mati iseng sendiri. Kawanku dan Aku Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat Siapa berkata-kata? Kawanku hanya rangka saja Karena dera mengelucak tenaga Dia bertanya jam berapa? Sudah larut sekali Hilang tenggelam segala makna Dan gerak tak punya arti Kepada Kawan Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat, mencengkam dari belakang tika kita tidak melihat, selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa, belum bertugas kecewa dan gentar belum ada, tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam, layar merah berkibar hilang dalam kelam, kawan, mari kita putuskan kini di sini Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri! Jadi Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Tembus jelajah dunia ini dan balikkan Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu, Pilih kuda yang paling liar, pacu laju, Jangan tambatkan pada siang dan malam Dan Hancurkan lagi apa yang kau perbuat, Hilang sonder pusaka, sonder kerabat. Tidak minta ampun atas segala dosa, Tidak memberi pamit pada siapa saja! Jadi mari kita putuskan sekali lagi Ajal yang menarik kita, kan merasa angkasa sepi, Sekali lagi kawan, sebaris lagi Tikamkan pedangmu hingga ke hulu Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!! Doa kepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namaMu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh cayaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku aku hilang bentuk remuk Tuhanku aku mengembara di negeri asing Tuhanku di pintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling Kepada Peminta-minta Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Cerita Buat Dien Tamaela Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu Beta Pattirajawane Kikisan laut Berdarah laut Beta Pattirajawane Ketika lahir dibawakan Datu dayung sampan Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala Beta api di pantai. Siapa mendekat Tiga kali menyebut beta punya nama Dalam sunyi malam ganggang menari Menurut beta punya tifa, Pohon pala, badan perawan jadi Hidup sampai pagi tiba. Mari menari! mari beria! mari berlupa! Awas jangan bikin beta marah Beta bikin pala mati, gadis kaku Beta kirim datu-datu! Beta ada di malam, ada di siang Irama ganggang dan api membakar pulau... Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu Sebuah Kamar Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu. “Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satu!” Ibuku tertidur dalam tersedu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada Ibu dan bapakku, karena mereka berada d luar hitungan Kamar begini 3 x 4, terlalu sempit buat meniup nyawa! Hampa Kepada Sri Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai di puncak. Sepi memagut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti Sepi Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencengkung punda Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti. Tentang Chairil Anwar Chairil Anwar lahir di Medan, 26 Juli 1922. Berpendidikan MULO tidak tamat. Pernah menjadi redaktur “Gelanggang” ruang kebudayaan Siasat, 1948-1949 dan redaktur Gema Suasana 1949. Kumpulan sajaknya, Deru Campur Debu 1949, Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan yang Putus 1949, dan Tiga Menguak Takdir bersama Rivai Apin dan Asrul Sani, 1950. Chairil Anwar dianggap pelopor angkatan 45. Ia meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Hari kematiannya diperingati sebagai Hari Sastra di Indonesia. Catatan Lain Buku ini koleksi perpustarda Prov. Kalsel. Pinjam 2 April 2012 dan mesti dibalikin 18 April 2012. Sketsa / lukisan Chairil Anwar

makna puisi deru campur debu