Pagelaranwayang kulit semalam suntuk itu menghadirkan dalang kondang Ki Bayu Aji Pamungkas yang akan membawakan lakon Bimo Krido. Lakon Bimo Krido ini mengisahkan tentang usaha para Kurawa untuk mempertahankan Negara Astinapura. Karena tidak tercapai perdamaian, terjadi perang dengan Bima dan Kresna.
KiMuhammad Prasetyo Pamungkas Bayu Aji adalah putra dari Ki Anom Suroto tak heran kalo bakat mendalang nya didapat langsung dari sang ayah. Tapi tak hanya sekedar bakat, beliau juga berlatih keras mendalang sejak kecil. sebelum mendalang mandiri, Mas Bayu begitu sapaan akrabnya juga sering ikut mendalang bersama dengan sang ayah bahkan sampai sekarang.
Biladibandingkan dengan Seni Wayang Kulit yang justru semakin eksis sesudah mendapatkan sentuhan-sentuhan kreasi baru dari para dalang kondang, semisal: Ki Manteb Sudarsono, Ki Anom Suroto, Ki Seno Nugroho, Ki Warseno Slenk, Ki Joko Edan, Ki Bayu Aji Pamungkas, dan beberapa dalang lainnya; Seni Wayang Wong cenderung menunjukkan nasib kesuramannya.
Seemore of Ki Bayu aji Pamungkas on Facebook. Log In. Forgot account? or. Create New Account. Not Now. Community See All. 812 people like this. 874 people follow this.
KiSuparman, dalang terkenal berkat sulukan-nya yang kung tersebut telah melakukan inovasi dengan menampilkan bentuk wayang terbaru, semisal: Togog Bilung, Gareng, Petruk, dan Bagong. Bahkan Ki Suparman bernyali memerkenalkan wayang motor cross yang sering dikendarai Petruk. Sementara Ki Hadi Sugito, dalang kondang karena kecanggihannya dalam antawacana dan sense of humor-nya tersebut pula
kumpulanperang Adu salto wayang kulit bersama dalang Ki Bayu Aji Pamungkas#wayangkulit #bayuajipamungkas#senonugroho#manteb#sabetan
REEba. Banyumas Jawa Tengah yang berada di depan Pendopo Kecamatan Banyumas Sabtu 14 April 2018 sejak sore dipadati pengunjung. Mereka ingin melihat penampilan dalang cilik Prama Reza Fadliyansyah 13cucu Rektor Unindra Jakarta dan Ki Bayu Aji Pamungkas dalang populer dari Solo yang akan mementaskan lakon Gatutkaca Sungging. Ribuan pengunjung memadati alun-alun yang baru saja direnovasi sebagai publick area. Tak heran jika masyarakat Banyumas yang dikenal sebagai penggemar wayang kulit ini sejak sore sudah menyiapkan tempat lesehan untuk menonton bersama keluarga. Camat Banyumas Ahmad Suryanto, Rektor Unindra Prof. Sumaryoto, Ki Bayu Aji Pamungkas, Ki Prama Reza Fadliansyah dan Sekjen MPR Ma’ruf Cahyono SH,MH.kiri Undangan dan penonton memadati alun alun Banyumas pada acara pentas wayang kulit dengan lakon Gatutkaca Sungging, Sabtu 14/4. kanan sh Pentas Wayang Kulit kolaborasi dua dalang ini hasil kerjasama antara Camat Banyumas dalam rangka peringatan ulang tahun kabupaten Banyumas ke 447, , Unindra Jakarta dalam rangka Program Pengabdian Masyarakat dan MPR RI dalam kegiatan sosialisasi 4 Pilar. Dalam kesempatan tersebut KPU juga tampil dengan mensosialisasikan tentang Pilkada yakni pilihan bupati dan gubernur Jateng 27 Juni 2018 mendatang. Pada hari yang sama juga bertepatan dengan peringatan Isro Mi’raj 1439H Pentas wayang kulit ini sebagai media informasi bagi masyarakat sekaligus ajang pelestarian seni budaya warisan para leluhur yang memiliki nilai-nilai edukasi karakter bangsa. Dalang Bayu Aji Pamungkas mengawali dengan jejeran dan limbukan, selanjutnya Prama mengisi dengan pertunjukkan perang. Pasangan ini cukup ideal. Ki Aji Pamungkas selain piawai dalam olah basa dan sastra, juga memiliki suara indah. Sementara Prama meski masih anak-anak memiliki kepiawaian dalam olah sabet. Penonton dibuat berdecak kagum. Prama selain piawai olah sabet dengan adegan salto dan bermain gada, ia juga mampu memainkan wayang dengan berbagai gaya peperangan dengan trampil cepat dan tepat sasaran dan tepat dengan iringan. Tak mengherankan jika meski masih duduk di bangku kelas 1 MTs, ia mendapat amanah sebagai duta budaya untuk India dan Moscow yang pada Mei dan Juni mendatang sudah dijadwalkan di dunia negara tersebut. Ringkasan cerita. Cerita “Gatotkaca Sungging” mengisahkan cita-cita Raden Gatot Kaca, yang berencana membangun sebuah kesatrian di Kerajaan Pringgondani – Kerajaan warisan Prabu Trembuku, kakek Raden Gatotkaca dari pihak ibu, Dewi Arimbi. Dalam prosesnya, cita-cita ini terhalang oleh ketidaksetujuan beberapa pihak dari Kerajaan Astina, yaitu Begawan Durna, melalui Prabu Wasawala. Hal ini menyebabkan perang antara pihak Prabu Wasawala melawan dua putra Bima, Gatotkaca dan Raden Antareja. Sayang, pihak Gatotkaca mengalami kekalahan hingga koma. Karena, dalam siung Prabu Wasawala menitis darah Prabu Dasamuka Rahwana. Dengan keadaan putranya yang sedang koma, Dewi Arimbi sangat sedih. Namun, kesedihan itu terobati setelah Semar yang merupakan pamongnya dari Pandawa memberi tahu bahwa keadaan Raden Antareja dan Gatotkaca dapat disembuhkan dengan wasiat selendang yang warisan Prabu Trembuku yang ternyata dimiliki oleh Arimbi. Akhir cerita dikalahkanya Prabu Wasawala yang sangat sakti, ternyata mempunyai kelemahan kalau berperang dengan monyet putih. Oleh karena itu, Prabu Wasawala kalah berperang dengan Raden Hanoman. Saring Hartoyo
Solo ANTARA - Dalang senior Ki Anom Suroto mendorong perlunya pelestarian seni pewayangan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah maupun masyarakat. "Ini sudah masanya dalang milenial, jadi generasi muda harus melanjutkan pedalangan ini," katanya di sela Pementasan Wayang Climen oleh Dalang Ki Bayu Aji Pamungkas di Padepokan Ki Anom Suroto, Makamhaji, Kabupaten Sukoharjo, Minggu dini hari. Ia mengatakan sukses maupun tidaknya wayang tidak bisa lepas dari tangan pemerintah. Apalagi, jika melihat sejarah, seni tradisional wayang disebarkan oleh para raja. Baca juga BPIP Sosialisasikan Pancasila Lewat Pagelaran Wayang Virtual “Lahire Bima” "Oleh karena itu, mohon sekarang pemerintah tetap ikut 'cawe-cawe' terlibat dalam menyebarkan dan melestarikan wayang. Tanpa ada dukungan dari pemerintah akan sulit," katanya. Ia mengatakan dengan pemerintah ikut terlibat dalam perkembangan seni pewayangan, masyarakat akan makin senang menjadikannya sebagai tontonan. Dengan demikian, keberadaan dalang-dalang muda juga akan makin banyak. Disinggung mengenai aksi dalang yang nekat menjual wayang dan gamelan lantaran terhimpit ekonomi akibat pandemi COVID-19, Ki Anom mengatakan merupakan keputusan masing-masing. "Itu kan individu, saya tidak bisa 'ngelekke' mengingatkan. Memang pandemi ini ujian berat bagi seniman, hampir 1,5 tahun tidak pentas. Yang penting jangan sampai merusak wayang, gamelan. Itu tidak boleh, karena itu kan bikinan empu. Kalau dirusak artinya merusak karya leluhur," katanya. Baca juga Wayang kulit untuk pertama kalinya tampil membius warga Rusia Baca juga Dalang Ki Anom Suroto meriahkan HUT Lemhanas Sementara itu, pada pementasan tersebut, salah satu pengusaha asal Kota Solo Puspo Wardoyo hadir memberikan dukungan terhadap keberlangsungan seni tradisional asal Jawa tersebut. "Saya dulu juga lulusan ASKI yang sekarang jadi ISI, tetapi sekarang memilih menjadi pengusaha. Namun demikian, itu tidak mengurangi rasa cinta saya terhadap seni tradisional wayang. Bahkan, saya salah satu pengagum Ki Anom Suroto," katanya yang pada malam tersebut ikut hadir memeriahkan perayaan ulang tahun ke-73 Ki Anom Suroto, sekaligus memberikan dukungan berupa produk makan siap cepat saji MakanKu. Ia berharap seni pewayangan terus berkembang, sehingga memunculkan dalang-dalang Aris WasitaEditor Endang Sukarelawati COPYRIGHT © ANTARA 2021
biografi dalang ki bayu aji pamungkas